Dua Sisi Harta

Hari ini banyak diingatkan tentang harta. Perkara yang jika halal hisabnya panjang, jika haram adzabnya teramat pedih. Sama sekali tak bisa terhindarkan, itulah kepastian yang akan kita hadapi atas setiap harta yang kita miliki. Harta menjadi penyelamat atau justru penjerumus, kita yang tentukan. 

Diawali dengan bagaimana sudut pandang kita tentang harta. Tentu setiap kita mengenal harta karun (harta Qarun). Tahukah kita bahwa qorun telah dibenamkan Allah dalam bumi  bersama dengan harta yang ia sombongkan semasa hidupnya? Harta dan kesombongan itu betul-betul telah lenyap. Demikianlah harta, terlihat berkilau dan memukau semua mata. Hanya mata yang terjaga dengan keimanan lah yang selamat dari kilauannya. 

Nafsu manusia menjadikan manusia ingin memiliki sebanyak-banyaknya harta. Bahkan harta seperti halnya air laut yang jika diminum akan membuatnya semakin haus. Tak pernah puas, tak pernah kenyang jika kita memandang harta tanpa modal dasar keimanan yang kuat. Bagi seorang beriman, harta adalah fasilitas yang Allah berikan sebagai penyelamat hidup. Sedikit dan banyak bukan menjadi perkaranya, tetapi dari mana dan digunakan untuk apa harta itu menjadi poin utama yang selalu menjadi perhatiannya. Sekalipun hanya secarik kertas, sudah seharusnya seorang beriman berhati-hati dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa ia gunakan itu. 

Harta juga sering menjadi tolok ukur strata sosial seseorang. Orang yang bergelimang harta diperlakukan sebaik mungkin bahkan diagung-agungkan. Padahal tolok ukur kemuliaan seseorang sama sekali bukan terletak pada sedikit banyaknya hartanya. Kemuliaan seseorang ditentukan oleh kadar ketaqwaannya.  

Jika orang telah dikuasai nafsu duniawi, harta bisa menjadi tujuan hidupnya bahkan dengan berbagai cara. Tak masalah jika ia mendapatkannya dengan riba, hutang, atau bahkan mencuri sekali pun. Hal yang terpenting baginya adalah untung-untungan matematis.

Semisal perkara memiliki rumah yang hari ini banyak menjadi celah kepemilikan harta dengan cara yang salah. Tempat tinggal memang merupakan kebutuhan pokok manusia. Aka tetapi, manusia bisa mendapatkannya dengan beragam cara. Sudah tercatat dalam ketetapan Allah apakah kita akan punya rumah atau tidak, punya kendaraan atau tidak, kalaupun punya, kapan dan di mana kita akan mendapatkannya sudah tercatat dalam suratan takdir Allah. Bagaimana jalan kita mendapatkannya, itulah ladang amal kita. Apa kita akan tergiur dengan riba karena memudahkan kita dalam memilikinya? Atau kita bersabar dalam proses ikhtiarnya?

Semua harta yang kita upayakan untuk kita miliki tak akan dibawa mati. Semuanya tertinggal, yang dibawa dan pasti akan dipertanggungjawabkan adalah bagaimana cara kita mendapatkannya dan bagaimana pula cara kita membelanjakannya. Maka jangan silau dengan kemilaunya harta. Ujian dunia yang banyak membuat banyak mata terlena. Mintalah pertolongan dan penjagaan Allah, agar diri kita dan keluarga terjaga dari harta yang haram sesedikit apapun itu. Agar kelak, Allah haramkan api neraka menyentuh kita dan keluarga.

Komentar

Postingan Populer