Julid atau Dijulidin, Mana yang Lebih Rugi?

 

Dua perkara yang butuh perjuangan untuk terlepas dari keduanya adalah menjadi pelaku atau korban dari kejulidan. Baik korban maupun pelaku kejulidan umumnya merasa hatinya tidaklah nyaman. Akan tetapi, sebetulnya, siapakah yang lebih dirugikan?

Arti kata julid dalam KBBI adalah iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain, biasanya dilakukan dengan menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang menyudutkan orang tertentu. Perasaan ini kerap muncul karena tidak adanya rasa syukur terhadap apa yang sudah dimiliki. 

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. Bersabda, “Jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR Abu Dawud)

Hadits tersebut sudah menjelaskan pada kita tentang konsekuensi dari sikap julid. Kelak, setiap kita akan mempertanggungjawabkan sekecil apapun perbuatan yang dilakukan semasa kita hidup di dunia. Bahkan lintasan hati yang merasa susah ketika orang lain senang, dan justru merasa senang ketika orang lain susah, kelak akan dihisab dan mendapat balasan. Balasan bagi mereka para pelaku kejulidan adalah kebaikannya semasa hidup terbakar habis oleh rasa iri dengkinya yang tidak seberapa. 

Sungguh halus perasaan iri dengki, tapi konsekuensinya sungguh dahsyat. Bagaimana tidak, bayangkan saja, shalat yang kita dirikan setiap harinya, puasa yang kita amalkan, zakat, sedekah, wakaf yang kita tunaikan, dan amalan kebaikan lainnya yang barangkali tak seberapa bisa habis termakan rasa dengki. Dan itu bukan cerita fiktif, itu adalah peringatan yang disampaikan oleh orang yang paling mulia di atas muka bumi ini sepanjang masa, yaitu Rasulullah saw.. Maka kebenarannya tak perlu diragukan lagi.

Cukuplah ini menjadi pengingat bagi kita untuk mengendalikan diri jika bisikan-bisikan kejulidan ini sudah mulai menyusup ke dalam hati kita. Apalagi saat ini kehidupan orang lain sangat mudah untuk kita ketahui melalui medsos. Kemewahan, keberhasilan, kesenangan, dan hal-hal pemicu lahirnya rasa julid ini pada saat ini bertebaran di berbagai medsos. 

Sementara ia yang menjadi korban kejulidan meski mungkin di dunia merasa tak nyaman, terganggu, sakit hati, tetapi jika ia membalasnya dengan rasa sabar dan ikhlas, atau justru membalas dengan memperlakukan si Penjulid, maka maasyaAllah, dosanya terhapus berpindah pada si Penjulid. Jika habis sudah dosanya, amal kebaikan Penjulid inilah yang tertransfer padanya.  

Lalu menurutmu, siapakah yang lebih dirugikan dari rasa julid ini? Sekalipun ada yang rugi dan untung, akan lebih baik jika kita untung bersama, bahagia bersama dalam rasa syukur terhadap apapun karunia Allah yang telah ditetapkan untuk kita. Bahagia bersama dengan menahan diri mengekspos hal-hal pribadi yang tak perlu diketahui orang lain. Jangan sampai kita membongkar tembok rumah sendiri dengan mempublikasikan segala hal yang kita miliki, semua hal yang kita capai, setiap hal yang kita lakukan.

 


Komentar

Postingan Populer