Langkah Pertama

 

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah Ayat 155)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.“ (QS. Al-Insyirah:5-6)

Demikianlah Allah pergilirkan susah senang selayakanya pergantian siang dan malam. Bagi seorang bayi sekalipun, ada kesulitan yang ia rasakan, yaitu ketika ia mulai belajar menyusu pada ibunya, kemudian Allah hadirkan kebahagiaan saat ia perlahan mulai menemukan kenyamanan dalam pelukan ibunya itu. Maka kemudahan dan kesulitan itu adalah keniscayaan bagi setiap yang bernyawa. Hanya menginginkan kemudahan dan kesenangan adalah salah satu bentuk mengingkari sunnatullah. Pilihan yang bisa kita tempuh adalah syukur tatkala senang dan bersabar saat dalam kesulitan, keduanya baik bagi setiap muslim. Sebaliknya, jika saat lapang kita kufur nikmat dan saat susah kita tak mampu menahannya dengan kesabaran, maka kehancuranlah yang akan dituai kelak.

Titik terendah. Pernah pasti kita menemuinya. Masa-masa sulit yang membuat diri rasanya kehilangan kekuatan untuk bertahan, kehilangan tumpuan, kehilangan sandaran. Tiga puluh tahun Allah karuniakan hidup untukku, pernah satu masa aku pun mengalami masa itu. Tapi nasihat seorang guru mengingatkan, dengan takdir ini, apa yang Allah inginkan dariku? Kita tak pernah diminta memecahkan persoalan, Allah hanya menginginkan kita mendekat padanya, melalui berbagai rute. Lalu apakah langkah pertama yang kutempuh untuk keluar dari kegelapan itu?

Belajar. Aku memulainya dengan belajar. Belajar secara bertahap, mengenal untuk apa kita hidup, bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan, apa yang harus dipersiapkan untuk kehidupan yang kekal setelah kematian, aku betul-betul mencarinya layaknya orang yang mencari mata air dalam gurun yang tandus. Niat karena Allah, ikhtiar yang terbaik, dan bertawakal meminta pertolongan Allah, menjadi rute yang ditempuh menjemput ilmu. Sifat ilmu adalah cahaya, ia menerangi dan menuntun kita dalam perjalanan. Maka jangan berhenti belajar sepanjang hayat dikandung badan, agar perjalanan kita tak salah arah.

Komentar