Meramu Bahagia
Bahagia
pastinya menjadi tujuan setiap orang menjalani hidupnya. Apapun yang menjadi
rute perjalanan kehidupan seseorang, siapapun itu, yang dicari pasti
kebahagiaan. Konsep bahagia setiap orang tentunya berbeda. Ada yang sesederhana
punya waktu untuk baca buku saja sudah bahagia, ada yang harus punya pencapaian
yang tinggi, ada pula yang baru bahagia jika sudah mendapat gundukan emas.
Tentu kita paham, orang yang paling bahagia adalah mereka yang konsep
bahagianya paling sederhana.
Lantas,
bagaimana rumus menyederhanakan konsep bahagia? Jawabannya adalah dengan
ikhlas, syukur, dan sabar tanpa tapi.
Setiap
kita sudah tertulis suratan takdirnya, tugas kita adalah menjalani peran sesuai
tujuan penciptaan.
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Al-Dzariyat: 56)
Artinya, apapun yang Allah hidangkan di depan
mata, sesuai atau tidak sesuai dengan harapan kita, jika kita yakini inilah
yang telah Allah tetapkan untuk kita, inilah yang terbaik dari Allah, dan inilah
ladang ibadahku kepada Allah, maka insyaaAllah bahagia itu semakin dekat.
Tatkala hal yang diharapkan menjadi kenyataan, ia beribadah kepada Allah dengan
rasa syukurnya. Tatkala sesekali ditimpa kesulitan, ini pun jadi ladang ibadah
dengan rasa sabar. Dan hal yang terpenting adalah menjani segalanya dengan ikhlas,
bukan karena siapapun, bukan untuk siapapun, kecuali hanya Allah.
Tentang syukur, bukankah Allah telah memberikan
bocoran jika syukur akan menmbah kenikmatan kita? Saat bangun pagi, sambil
menghirup udara segar, meregangkan otot-otot kita, lalu kita mengucap alhamdulillah,
seketika itu bahagia langsung Allah berikan untuk kita, nikmat sekali
rasanya. Karena memang sumber bahagia itu bukan dari kepemilikan harta, tahta, atau
bahkan pasangan. Buktinya, banyak orang yang sudah bergelimang harta mereka
tetap tidak bahagia. Banyak orang berkedudukan tinggi, hati mereka nelangsa.
Tak sedikit pula yang sudah punya pasangan sesuai kriterianya, pada akhirnya
tidak merasa bahagia. Rasa syukur terhadap Allah lah yang mendatangkan bahagia.
Sedekat dan sesederhana itu.
Tentang sabar. Inilah amalan yang pahalanya tanpa
batas. Jika membaca satu huruf dalam Alquran dihitung 10 kebaikan, bagaimana
kita menghitung pahala yang tanpa batas? Maka ketika sesekali Allah pergilirkan
kesulitan dalam hidup kita, inilah kesempatan agar kita merain pahala yang
tanpa batas itu. Bahkan kesulitan itu tidak akan selamanya, pasti Allah
pergilirkan itu dengan rasa suka. Maka jangan sampai kita melewatkan kesempatan
menabung pahala yang tanpa batas ini.
Tentang ikhlas. Hadits yang nyaris dihapal oleh
setiap orang beriman adalah bahwa amal itu tergantung pada niatnya. Jika Allah
dan hanya Allah yang menjadi sebab dan tujuan setiap orang untuk melakukan
sesuatu, maka apapun takdir berikutnya yang ia hadapi, Allah sudah cukup
baginya, selain itu hanya sekadar pemanis hidup. Ringan dan lapanglah hatinya
menjalani setiap episode kehidupan. Pun dengan apapun yang ia kerjakan tidak
akan menjadi sia-sia, karena sekecil apapun kebaikan yang ia kerjakan Allah
pasti menerima dan mengganjarnya.
Semoga Allah taála memasukkan kita pada golongan
yang dikaruniai rasa ikhlas, sabar, dan syukur tanpa tapi.
Komentar
Posting Komentar